Kesenian Khas Betawi
█▓▒░
KESENIAN KHAS BETAWI
Keberadaan budaya Betawi, termasuk kesenian
tradisionalnya dalam beragam bentuk seperti tari-tarian, teater,
nyanyian, musik, dan sebagainya, merupakan aset wisata yang eksotik.
Sudah sepatutnya berkembang sebagaimana kesenian tradisional dari etnis
lain.
Tak sedikit tim kesenian dari Indonesia
yang diwakili Betawi pentas keliling dunia, mendapat sambutan luar biasa
di berbagai manca negara. Sementara di Tanah Airnya sendiri seolah
kurang mendapat tempat. Bahkan regenerasinya pun acap mengalami kendala.
Saat ditemui di kediamannya, kawasan Cipayung Jakarta, Mpok Nori, salah
seorang generasi senior kesenian tradisional Betawi, mengungkapkan bahwa
saat ini kesenian yang digelutinya tak sepopuler tahun 70-80-an saat
keemasan karirnya.
Kendalanya, selain besarnya pengaruh globalisasi, generasi muda Betawi
juga sangat sedikit yang mau mempelajari sekaligus meneruskan kesenian
tradisi mereka.
Macam-Macam Kesenian Khas Betawi :
Ondel-Ondel
Entah
mengapa diberi nama Ondel-ondel. Yang pasti, setiap ada gelaran hajatan
di kalangan warga Betawi, arak-arakan ondel-ondel seperti tak pernah
ketinggalan. Baik hajatan besar maupun sekedar pesta sunat anak.
Boneka besar setinggi sekitar 2 meter tersebut memang dipercaya sebagai
simbol nenek moyang yang menjaga anak-cucunya yang masih hidup. Dengan
kata lain, ondel-ondel juga dipercaya untuk mengusir roh jahat setiap
ada hajatan. Bagian wajah berupa topeng (disebut kedok), sementara
rambut kepalanya dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki dicat
warna merah, sedangkan yang perempuan dicat dengan warna putih.
Keberadaan ondel-ondel yang kerangkanya dibuat dari bambu itu saat ini
sudah mulai bergeser. Kadang hanya digunakan sebagai pajangan di
kantor-kantor, hotel-hotel, atau tempat-tempat umum setiap bulan Juli
tiba.
SENI TEATER
1. Lenong Betawi
Lenong
adalah teater rakyat khas Betawi yang dikenal sejak tahun 1920-an.
Sejak awal keberadaannya, diiringi dengan musik gambang kromong. Dalam
dua Lenong dikenal dua jenis cerita yaitu Lenong Denes (bercerita
tentang kerajaan atau kaum bangsawan) sementara Lenong Preman berkisah
tentang kehidupan rakyat sehari-hari ataupun dunia jagoan.
Lenong Denes sendiri adalah perkembangan dari bermacam bentuk teater
rakyat Betawi yang sudah punah, seperti wayang sumedar, wayang senggol
ataupun wayang dermuluk. Sementara lenong preman disebut-sebut sebagai
perkembangan dari wayang sironda.
Yang cukup signifikan dalam perbedaan penampilan kedua lenong tersebut,
Lenong Denes umumnya menggunakan bahasa Melayu halus, sedang Lenong
Preman rata-rata menggunakan bahasa Betawi sehari-hari.
Beberapa seniman Lenong Betawi terkenal yang lahir dan terkenal dari
kesenian ini cukup banyak. Sebut saja H. Bokir (alm), Mpok Nori sampai
Mandra. Namun tokoh dalam bidang ini siapa lagi kalau bukan H.M. Nasir T
(Bang Nasir).
2. Palang Pintu
Palang
Pintu adalah seni budaya yg biasa nya di gunakan atau dapat dilihat
atraksinya di berbagai acara adat betawi, seperti perkawinan, penerimaan
tamu kehormatan, dan lain-lain.
Palang pintu juga di hiasai oleh pantun-pantun betawi, dan diiringi oleh
musik marawis, atau gambang kromong atau tanjidor yang khas tentunya
dengan betawi. Yang menarik adalah, atraksi pencak silat yang
diperagakan umumnya menggunakan senjata tajam sejenis golok, dan si
jagoan atau pengawal tamu atau mempelai pria harus memenangi pertarungan
tersebut.
Palang pintu walau terlihat ada kekerasan dengan adu jotos dan
menggunakan senjata tajam, namun budaya yang satu ini cenderung jenaka
karena aksi-aksi para pesilatnya.
3. Topeng Blantek
Sebagai
suku asli di Jakarta, Betawi sangat kaya akan seni dan budaya. Namun,
tidak semua kesenian Betawi dikenal masyarakat secara luas, termasuk
seni topeng blantek. Padahal, jauh sebelum kesenian tradisional Betawi
seperti gambang kromong, lenong dan lain sebagainya dikenal masyarakat,
topeng blantek sudah lebih dulu hadir di tengah-tengah masyarakat
Betawi.
Soal asal-usul nama kesenian ini berasal dari dua suku kata, yaitu
topeng dan blantek. Istilah topeng berasal dari bahasa Cina di zaman
Dinasti Ming. Topeng asal kata dari to dan peng. To artinya sandi dan
peng artinya wara. Jadi topeng itu bila dijabarkan berarti sandiwara.
Sedangkan untuk kata blantek ada beberapa pendapat. Ada yang mengatakan
berasal dari bunyi-bunyian musik yang mengiringinya. Yaitu satu rebana
biang, dua rebana anak dan satu kecrek yang menghasilkan bunyi, blang
blang crek. Namun, karena lidah lokal ingin enaknya saja dalam
penyebutan maka munculah istilah blantek.
Pendapat lainnya mengatakan, asal nama blantek berasal dari Inggris,
yaitu blindtexs, yang berarti buta naskah. Marhasan (55), tokoh
pelestari topeng blantek mengatakan, permainan blantek dahulu kala tidak
memakai naskah dan sutradara hanya memberikan gagasan-gagasan garis
besar cerita yang akan dimainkan.
Ciri dari kesenian topeng blantek yaitu terdapat tiga buah sundung (kayu
yang dirangkai berbentuk segi tiga yang biasa digunakan untuk memikul
sayuran, rumput dan lain sebagainya). Yaitu satu sundung berukuran besar
dan dua berukuran kecil yang diletakkan di pentas sebagai pembatas para
pemain yang sedang berlakon dengan panjak dan musik juga dengan para
pemain lain yang belum dapat giliran berlakon. Kemudian perangkat
lainnya berupa obor yang diletakkan di tengah pentas.
4. Wayang Betawi
Salah
satu produk budaya Betawi hasil akulturasi dari budaya Jawa dan Sunda
adalah wayang. Namun demikian, pengaruh Sunda lebih tampak dalam
kesenian ini. Mungkin secara geografis memang lebih dekat. Misalnya
dalam hal penggunaan bahasa. Dalam wayang digunakan bahasa Betawi campur
Sunda.
Dalam dunia pewayangan Betawi dikenal dua jenis wayang: Wayang Kulit
(dalang terkenalnya H. Surya Bonang alias Ki Dalang Bonang), serta
Wayang Golek (dalang terkenalnya Tizar Purbaya). Umumnya, wayang Betawi
mengambil lakon tentang kehidupan kerajaan di dunia pewayangan. Ada pula
tokoh komedi Udel (persamaannya Cepot di dalam Sunda).
Musik iringan dalam wayang Betawi sama halnya dengan gamelan topeng,
berupa musik gamelan Sunda campur Betawi, dengan ciri khas alat musik
tehyan (sebagai ciri khas Betawi) yang disebut gamelan ajeng.
SENI TARI
1. Tari Cokek
Cokek
diartikan sebagai tarian pergaulan yang diiringi orkes Gambang Kromong,
dengan penari-penari wanita yang disebut “wayang cokek”, dengan
mendapat imbalan uang. Para tamu diberi kesempatan yang luas untuk ikut
menari berpasangan dengan cokek-cokek itu. Orang Betawi menamakannya
“ngibing cokek”. Sebelum dan selama ngibing mereka disodori minuman,
untuk menambah semangat menari, seperti misalnya tari Tayub di Jawa
Tengah.
2. Tari Cokek Kreasi
Tari
mengangkat tari pergaulan yang dimainkan oleh pasangan muda mudi dengan
suka cita dan riang gembira. Salah satu karya tari yang cukup menarik
pada Pekan Penata tari Betawi DKI Jakarta tahun 1997 yang menggunakan
Kesenian Cokek sebagai sumber ilham adalah kelompok “Liga Tari
Universitas Indonesia”.
3. Tari Doger Amprok
Tari
yang sumber ilhamnya berasal dari pertunjukan Doger yang pada awalnya
berkembang di Parahiyangan, suatu pertunjukan lawakan disertai nyanyi
dan tari. Di Parahiyangan sendiri, peralatan musik pada Doger adalah
Rebab, Gendang, Ketuk, Kecrek dan Gong, hampir sama dengan peralatan
musik pada Topeng Betawi. “Amprok” artinya bertemu. “Doger Amprok”
mengandung pengertian pertemuan antara para penari Doger.
4. Tari Enjot-Enjotan
Tari
kreasi baru yang diiringi musik Topeng Setawi dengan nama lagu “Enjot –
Enjotan”. Menurut keterangan menggambarkan para Jawara dalam cerita
Topeng Setawi, yang pandai bermain silat dan menyanyi. Tarian ini
dibawakan secara berpasangan, pria dan wanita.
5. Tari Gejrug Jidat
Tari
yang mengambil inspirasi dari gerak-gerak Pencak Silat Betawi. “Gejrug”
sendiri diambil dari salah satu nama gerak dari jurus Pencak Silat.
6. Tari Gitek Balen
Tarian ini menggambarkan ungkapan ekspresi dari rasa kedinamisan dan kelincahan gadis – gadis yang sedang menginjak dewasa.
7. Tari Japin atau Zapin
Tari
Japin yang terdapat di wilayah budaya Betawi biasanya diiringi orkes
gambus yang ditambah dengan tiga buah “marwas”, semacam gendang kecil
bertutup dua. Sebagai tari pergaulan, tari japin dilakukan untuk
kesenangan penggemarnya, atau dengan istilah yang diintroduksikan oleh
konservatori karawitan Sunda disebut “kelangenan”. Pendukung utama tari
japin adalah masyarakat Betawi keturunan Arab. Tetapi santri-santri
dibeberapa pondok pesantren ada pula yang suka melakukannya dengan
diiringi orkes rebana ketimpring, sebagai hiburan pengisi waktu luang.
Tari Japin biasa ditarikan oleh pria, berpasang-pasangan, tanpa pola
tertentu.Gerak-gerak yang dominan berbentuk langkah-langkah dan lenggang-Ienggok berirama. Kostum yang dipakai telah dirancang secara khusus.
8. Tari Kembang Lambang Sari
Tari
yang di ilhami oleh bentuk cerita tentang “Bapak Jantuk” pada Teater
Topeng Betawi yang isi ceritanya mengungkapkan rasa kegembiraan dalam
mengasuh anaknya, dengan bernyanyi dan menari.
9. Tari Kembang Rampe
Sumber
gerak masih tetap dari gerak-gerak tari Betawi yang ada seperti Samrah,
Ajeng dan Topeng, yang kemudian dipadukan menjadi sebuah tari bentuk.
10. Tari Kotebang
Tari
yang berasal dari unsur musik Rebana Siang yang terdiri dari Rebana
Kendung, Rebana Kotek dan Rebana Siang. Dari ketiga rebana tersebut yang
banyak menentukan harmoni dinamik dalam tetabuhan lagu maupun musik
Tari adalah Rebana Kotek, sehingga ketobang dapat diartinya sebagai
bentuk kotekan-kotekan dari Rebana Biang.
11. Tari Lengko Jingke
Tari
Kreasi baru yang diangkat dari sebuah kesenian Japin Gambus. Pada
dasarnya tarian Japin Gambus dilakukan oleh kaum pria dengan cara
berpasangan. Namun dalam tarian ini ditarikan oleh kaum wanita secara
berkelompok. Istilah Lengko Jingke diambil dari bahasa Betawi yang
artinya “melenggang sambil jinjit” dan pada dasarnya gerak-gerak yang
dibawakan banyak menggunakan gerak jinjit kaki.
12. Tari Nandak Ganjen
“Nandak”
artinya menari, sedangkan “Ganjen” berarti genit dan lincah. Tari
Nandak Ganjen menggambarkan anak yang baru Gede ( ABG ), yaitu muda-mudi
yang sedang beranjak dewasa, mengungkapkan perasaannya yang ceria,
gembira, menuntut kebebasan.
13. Tari Ngarojeng
Tarian
ini diadaptasi dari musik Ajeng, yang merupakan gamelan ( tetabuhan ),
biasanya digunakan dalam mengiringi upacara penganten Betawi. Musik ini
menjadi sumber inspirasi dari tarian Ngarojeng.
14. Tari Pencak Silat
Di
wilayah budaya Betawi berkembang berbagai aliran silat, seperti Lintau,
Cimande, Cikalong, Ciomas, Sahbandar dan sebagainya, yang kemudian
menimbulkan berbagai aliran pula, seperti aliran Kwitang, aliran Tanah
Abang (Cingkrik), aliran Kemayoran dan sebagainya, Gaya-gaya yang
terkenal dalam tari silat betawi antara lain gaya serai, gaya pecut,
gaya rompas, gaya bandul dan sebagainya. Tari silat Betawi yang dengan
sendirinya berunsurkan gerak-gerak silat, menunjukan aliran atau gaya
diikuti penari masing-masing. Tari silat adalah tarian yang keseluruhan
gerakannya diambil dari gerak pencak silat. Tari silat betawi sendiri
menunjukkan aliran atau gaya yang diikuti oleh masing-masing penari.
Tari ini diiringi oleh tetabuhan khusus yang disebut gendang pencak,
gambang kromong, gamelan topeng dan lain-lainnya.
15. Tari Rancang Pasetih
Tari
yang menceritakan tentang perjalanan hidup putri remaja Jakarta, pada
saat ini, dimana kepolosan, keceriaan dan harapan masa depan dapat
berubah menjadi kebimbangan dan kehancuran, karena hanya terpikat oleh
kesenangan sesaat sebagai dampak arus globalisasi. Namun dengan iman
yang kokoh masa depan akan penuh kedamaian dan kebahagiaan.
16. Tari Ronggeng Blantek
Tari
Kreasi baru yang diangkat dari pertunjukan Teater Betawi yaitu teater
Blantek, dimana dalam memulai sebuah pertunjukan biasanya sebagai
pembuka diawali dengan sebuah pertunjukan tari yang disebut Ronggeng
Blantek. Dengan perkembangan tarian ini menjadi tari lepas dan banyak
diminati oleh masyarakat sebagai tari bentuk dan dipertunjukan pada
acara penyambutan tamu.
17. Tari Sembah Nyai
Tari
ini di iringi musik Gambang Kromong seperti tari Cokek. Bentuk
penyajiannya hampir sarna dengan tari Sekapur Sirih pada tari Melayu.
Tarian ini mungkin dapat dikatakan sebagai bentuk pengembangan dari
tarian yang berkembang di Betawi Tengah, dimana nuansa Melayu cukup
berperan.
18. Tari Topeng Betawi
Tari
Topeng adalah visualisasi gerak, yang dibuat nenek moyang tanpa melalui
konsep. Ada pengaruh budaya Sunda, namun memiliki ciri khasnya berupa
selancar. Para penarinya menggunakan topeng yang mirip dengan Topeng
Banjet Karawang Jawa Barat, namun dalam topeng betawi memakai bahasa
Betawi.
Dalam topeng betawi sendiri ada tiga unsur: musik, tari dan teater.
Tarian dalam topeng betawi inilah yang disebut tari topeng. Salah
seorang tokoh seniman Betawi yang telah mengusung aneka tari-tarian
Betawi khususnya tari topeng hingga ke manca negara adalah Entong Kisam.
Dirinya sudah berkeliling ke 5 benua, serta 33 negara. Negara yang
paling sering ia lawati bersama grup tari topengnya adalah Perancis,
Cina dan Thailand.
Salah satu kesenian dalam Topeng Betawi, yaitu teater rakyat Betawi yang
sangat digemari oleh masyarakat etnis Betawi sebab dapat digunakan
untuk menyampaikan kritik sosial. Salah satu lakon topeng Betawi yang
terkenal berjudul Bapak Jantuk.
Lakon ini mengandung banyak petuah seperti nasehat-nasehat tentang
kehidupan berumah tangga. Dalam teater ini digunakan musik pengiring
yang disebut gamelan topeng. Salah seorang tokoh budaya Betawi dalam
bidang Topeng Betawi, adalah Mpok Nori.
Tari Topeng Betawi diduga berasal dari Topeng Babakan Cirebon, tari yang
dipergelarkan pada awal dari keseluruhan pementasan Teater Topeng
Betawi memiliki pola gerak tertentu meskipun disana-sini terdapat
berbagai variasi yang sangat tergantung pada improvisasi penari yang
bersangkutan.
19. Tari Topeng Sengget
Tarian
ini menggambarkan karakter gadis-gadis Betawi yang lemah lembut,
periang dan lincah dalam pergaulan sesamanya. Tetapi didalamnya
tersembunyi kekerasan dalam seni bela diri yang wajib dikuasai para
gadis Betawi sebagai perisai dirinya dari perlakuan tidak senonoh.
20. Tari Uncul
Kekhasan
Ujungan Betawi terletak pada musik pengiring dan tarian yang diselipkan
di dalamnya, yaitu uncul. Tari Uncul berfungsi sebagai rangsangan dan
tantangan kepada lawan dalam arena Ujungan yang biasa diselenggarakan
dalam pesta panen atau pesta-pesta umum lainnya.
SENI MUSIK
1. Tanjidor
Selain
mendapat pengaruh dari budaya Cina, kesenian Betawi dipengaruhi oleh
beragam budaya dari Eropa. Orkes Tanjidor, misalnya, mulai ada sejak
abad ke-18. Konon salah seorang Gubernur Jenderal Belanda, Valckenier
menggabungkan rombongan 15 orang pemain alat musik tiup Belanda dengan
pemain gamelan, pesuling Cina, dan penabuh tambur Turki untuk
memeriahkan pesta.
Tak heran, secara sepintas, bunyi orkes Tanjidor sangat mirip dengan
lagu-lagu dalam kelompok marching band, tapi lagu-lagu barat berirama
imarsi maupun wals yang dimainkan oleh para pemain tanjidor sudah sulit
dilacak asal-usulnya, mengingat sejak awal keberaadannya dikembangkan
sesuai selera sekaligus kemampuan ingat para juru panjaknya dari
generasi ke generasi.
Sampai saat ini, Tanjidor masih ditampilkan untuk menyambut tamu,
memeriahkan arak-arakan atau mengiringi pengantin. Namun dalam perayaan
HUT Jakarta biasanya ditampilkan sebagai salah satu peserta festival.
Menyebut Tanjidor, tampaknya identik dengan tokohnya, Marta Nya’at.
Tanjidor adalah sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Kesenian
ini sudah dimulai sejak abad ke-19. Alat-alat musik yang digunakan
biasanya terdiri dari penggabungan alat-alat musik tiup, gesek dan
perkusi. Biasanya kesenian ini digunakan untuk mengantar pengantin atau
dalam acara pawai daerah. Tapi pada umumnya kesenian ini diadakan di
suatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat Betawi secara luas
layaknya sebuah orkes. Kesenian Tanjidor juga terdapat di Kalimantan
Barat, sementara di Kalimantan Selatan sudah punah.
2. Rebana
Selain
musik gambus, masih ada musik Betawi yang dipengaruhi budaya Timur
Tengah. Musik rebana misalnya, adalah musik khas Betawi yang bernafaskan
Islam. Macam musik rebana sendiri demikian banyak, digolongkan sesuai
alat musik maupun syair-syair yang dibawakan oleh para pemain musiknya.
Jenis-jenis musik rebana, misalnya rebana ketimpring, rebana ngarak,
rebana maukhid, rebana burdah, rebana dor, dan rebana biang. Biasanya,
musik rebana (khususnya rebana biang) digunakan untuk memeriahkan pesta
maupun arak-arakan. Tokoh rebana adalah H. Abdul Rahman.
Rebana Kasidah
Berlainan dengan jenis-jenis lainnya, pada Rebana Kasidah dewasa ini
sudah lazim kaum wanita berperan secara aktif, baik sebagai penabuh
maupun sebagai pembawa vokal. Rebana Kasidah biasa dimainkan oleh pria,
wanita, atau campuran tidak sedikit pemain wanita Rebana Kasidah yang
pernah tenar antara lain Rofiqoh yang kemudian menjadi Nyonya Darto
Wahab, SH. Ada yang berpendapat, bahwa kepopuleran Rebana Kasidah karena
dilazimkan dimainkan oleh wanita. Hampir semua madrosah memiliki
rombongan Kasidah termasuk perguruan Islam Assyafiah yang dipimpin
langsung oleh Dra. Hajjah Tuty Allawiyah, putera Abdullah Syafei pendiri
perguruan itu, yang besar pengaruhnya di DKI Jakarta. Berdasarkan
laporan dari Lembaga Seni qasidah DKI Jakarta sekarang diseluruh DKI
Jakarta mjumlah organisasi Rebana qasidah mencapai kurang lebih 600
kelompok.
Rebana Ngarak
Syair-syair yang dinyanyikan selama arak-arakan biasa diambil dari kitab
“diba” atau “Diwan Hadroh”, yang hafal diluar kepala. Tiga orang pemain
menyanyikannya bergantian, anggota lainnya menyahuti
bersama-sama,membentuk Paduan suara. Gaya pukulan pada Rebana Ngarak
biasanya disesuaikan dengan kesempatannya, misalnya selama dalam
perjalanan dari rumah pengantin. Pria menuju rumah pengantin wanita
biasanya menggunakan pukulan “Salamba”. Setelah berada dalam rumah
pengantin wanita biasa dilakukan gaya “Sadati”, sadati mungkin berasal
dari kata “Syahadatain” dua kalimat syahadat yang tidak lama lagi akan
diikrarkan oleh pengantin pria dihadapan penghulu yang disaksikan oleh
pengantin wanita.
3. Orkes Gambus
Budaya
Timur Tengah ternyata juga memiliki pengaruh kuat dalam khasanah
Betawi, hal ini terbukti bahkan sampai saat ini di seantero Jakarta
terdapat puluhan grup orkes gambus. Orkes ini biasanya ditampilkan di
acara pesta perkawinan untuk mengiringi para penyanyi gambus baik laki
maupun perempuan. Mereka biasanya membawakan lagu-lagu gambus dengan
lirik religius maupun lagu-lagu cinta berbahasa Arab.
Agar lebih semarak, saat musik gambus sedang dimainkan, biasanya ada
beberapa penari zapin yang terdiri dari beberapa orang laki-laki.
Walaupun dalam perkembangannya, terkadang juga melibatkan beberapa
penari perut (belly dancer) perempuan sebagai daya tarik. Mungkin
lantaran grup musik gambus selalu identik dengan pesta pernikahan warga
etnis Betawi, grup musik gambus masih tumbuh subur di Jakarta, lantaran
peminatnya masih saja ada.
Bahkan beberapa artis gambus kerap lahir lantaran jam terbangnya dari
pesta ke pesta cukup/sangat tinggi. Salah seorang tokoh musik gambus di
Jakarta, Munif Bahaswan, mengakui, dibanding musik dangdut, musik gambus
kurang diminati di luar etnis Betawi, Arab dan India.
Di Jakarta, jenis musik ini telah menjadi milik masyarakat Betawi. Musik
Gambus biasa ditampilkan dalam berbagai acara, dari pesta perkawinan
sampai dengan acara kenegaraan resmi yang bernuansa Agama Islam.
Peralatan musik Gambus bervariasi, namun yang baku pada umumnya terdiri
dari “Gambus”, Biola, Dumbuk, Suling, Organ atau Accordion dan Marawis.
Selain sebagai musik mandiri, musik Gambus dipergunakan pula untuk
mengiringi tarian Japin yang biasa ditarikan oleh pria
berpasang-pasangan.
4. Orkes Samrah
Orkes
samrah adalah kesenian Betawi dalam bentuk orkes yang mendapat pengaruh
suku Melayu. Lagu-lagu yang biasa dibawakan dalam ini adalah lagu-lagu
jadul (jaman dulu), seperti lagu Burung Putih, Pulo Angsa Dua, Sirih
Kuning, juga lagu Cik Minah. Orkes samrah juga biasa dipakai mengiringi
lagu-lagu khas Betawi semacam Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung
dan lain-lain.
Sementara tarian yang biasa diiringi orkes samrah disebut Tari Samrah.
Biasanya, para penari samrah menari berpasang-pasangan, dengan gerakan
tari bermacam-macam, yang salah satunya dipengaruhi oleh gerakan silat.
Tak heran, dalam silat Betawi juga dikenal beragam gerak yang lemah
gemulai. Tokoh dalam bidang musik samrah adalah Ali Sabni.
5. Keroncong Tugu
Pernah
dengar keroncong tugu? Ini adalah musik Betawi yang banyak mendapat
pengaruh dari budaya Barat khususnya dari Eropa Selatan. Sejak abad
ke-18 musik ini berkembang di kalangan warga Tugu, mereka adalah
masyarakat Jakarta keturunan Mardijkers atau bekas anggota tentara
Portugis yang dibebasin dari tawanan Belanda. Setelah memeluk agama
Kristen, mereka ditempatkan di Kampung Tugu, yang saat ini masuk wilayah
Kecamatan Koja Jakarta Utara. Di kampung tersebut, terdapat gereja yang
dibangun tahun 1600-an.
Musik keroncong tugu sendiri biasanya dibawakan oleh warga Tugu sejak
tahun 1600-an setiap malam bulan purnama, sambil bergerombol menikmati
malam bulan purnama di pinggir sungai, ataupun dibawakan untuk
mengiringi lagu-lagu gereja dalam acara kebaktian. Alat-alat musik
keroncong tugu sejak awal dilahirkan terdiri dari keroncong, biola,
ukulele, banjo, gitar, rebana, kempul dan selo.
6. Gambang Kromong
Setiap
mendengar gambang kromong ingatan kita langsung tertuju pada musik khas
Betawi. Tapi sejarah musik ini awalnya dipengaruhi beberapa unsur musik
Cina, yaitu dengan digunakannya alat musik gesek berupa kongahyan,
tehyan, dan skong.
Sementara alat musik asli pribumi dalam gambang kromong berupa gambang,
kromong, kemor, kecrek, gendang kempul dan gong. Awal mula terbentuknya
orkes gambang kromong tidak lepas dari seorang pimpinan golongan Cina
yang bernama Nie Hu-kong.
Tak heran, sebuah grup gambang kerap memainkan lagu-lagu Cina yang
biasanya dibawakan secara instrumental. Konon, sekitar abad kedelapan
belas warga Batavia (Jakarta) sangat menyukai permainan musik, lantaran
itulah tidak sedikit peranakan Tionghoa yang menggabungkan permainan
bermacam-macam alat musik dikolaborasikan dengan tari-tarian cokek.
Orkes Gambang Kromong merupakan perpaduan yang serasi antara unsur-unsur
pribumi dengan unsur Cina. Secara fisik unsur Cina tampak pada
alat-alat musik gesek yaitu Tehyan, Kongahyan dan Sukong, sedangkan alat
musik lainnya yaitu gambang, kromong, gendang, kecrek dan gong
merupakan unsur pribumi. Perpaduan kedua unsur kebudayaan tersebut
tampak pula pada perbendaharaan lagu-lagunya. Disamping lagu – lagu yang
menunjukan sifat pribumi seperti jali-jali, surilang, persi, balo-balo,
lenggang-lenggang kangkung, onde-onde, gelatik ngungkuk dan sebagainya,
terdapat pula lagu-lagu yang jelas bercorak Cina, baik nama lagu, alur
melodi maupun liriknya seperti Kong Jilok, Sipatmo, Phe Pantaw, Citnos,
Macuntay, Gutaypan, dan sebagainya. Sebutan untuk tangga nadanya pun
berasal dari bahasa Cina yaitu Syang atau Hsyang, Ceh atau Tse, Kong,
Oh, atau Ho, Uh Lio atau Liu dan Suh.
7. Gambang Rancag
Pergelaran Gambang Rancag dilakukan oleh dua orang atau lebih juru
rancag yang menceritakan dengan atau dinyanyikan, diiringi orkes Gambang
Keromong. Sejak awal perkembangannya gambang rancag biasa memeriahkan
pesta-pesta, terutama dalam lingkungan terbatas, Biasanya dipentaskan
tanpa panggung, tempat pementasan letaknya sejajar dengan penonton yang
berada disekelilingnya. Cerita-cerita yang dibawakan rombongan Gambang
Rancag biasanya mengenai peristiwa yang mengesankan bagi warga kota,
seperti “Si Pitung”, “Angkri”, “Delep” dan lain-lain. Sering pula
disajikan sketsa kehidupan atau gambaran sesuatu kehidupan, seperti
rancangan “Randa Bujang”.
8. Gamelan Topeng
Pada umumnya Gamelan Topeng terdiri dari sebuah rebab, sepasang gendang
(sebuah gendang besar dan sebuah kulanter), satu ancak kenong berpencon
tiga, sebuah kecrek, sebuah kempul yang digantungkan pada gantungan dan
sebuah gong tahang atau biasa disebut gong angkong. perlu dikemukakan,
bahwa kenong berpencon tiga itu biasa ditabuh oleh dua orang penabuh.
Yang seorang disebut menabuh kenong, kata kerjanya menurut istilah
setempat “ngenong”, maksudnya, yang dipukul adalah penconnya. Sedang
yang seorang lagi disebut menabuh kenceng, maksudnya yang dipukul adalah
bagian pinggir daripada kenong, kata keqanya “ngenceng”.
9. Blenggo Ajeng
Untuk memeriahkan upacara perkawinan, Blenggo Ajeng dilakukan setelah
“nyapun”, yaitu menaburi kedua mempelai dengan beras kuning, uang dan
bunga-bunga diiringi lagu khusus semacam kidung. Siapa saja yang
berminat, dengan mendahulukan yang “kaulan”, dipersilahkan menari.
Tariannya umumnya berunsurkan gerakan-gerakan pencak silat tanpa konsep
penata tari.
10. Jipeng
Perbedaannya antara lain pada waktu awal pertunjukan. Bilamana Topeng
membawakan lagu-Iagu “arang-arangan dan enjot-enjotan dan sebagainya
diiringi gamelannya, Jipeng membawakan lagu-Iagu yang menurut istilah
setempat disebut lagu-Iagu mars dan was (mungkin berasal dari kata Wals)
seperti lagu-Iagu “Kramton, Bataliyon, Was Taktak” dan lain sebagainya,
diiringi oleh orkes Tanjidor. Untuk mengiringi tarian yang bentuknya
tidak begitu berbeda dari tarian pada pertunjukan topeng kadang-kadang
orkes tanjidor diganti dengan kromong tiga pencon, gendang, kecrek,
kempul, suling, kempul dan gong buyung. Sering pula terjadi digunakannya
orkes tanjidor sebagai pengiring tari dalam pertunjukan Jipeng.